Gaya Arsitektur Mediterania

Gaya Arsitektur Mediterania | Foto artikel Arsitag

Secara spesifik sebenarnya sulit mengungkapkan asal usul gaya arsitektur Mediterania karena wilayah Mediterania begitu luas, meliputi tiga benua yaitu Eropa, Asia, dan Afrika yang mengelilingi Laut Tengah. Gaya arsitektur yang dibawa oleh pendatang-pendatang berkebangsaan Spanyol ke Amerika Serikat ini disebut sebagai arsitektur Mediterania.

Bangsa Spanyol pada saat itu datang ke wilayah Florida pada abad ke-16 dengan membaya gaya arsitektur mereka ke negara yang menjadi wilayah kolonialisasinya. Zaman keemasan gaya arsitektur Mediterania berlangsung dibagian selatan Amerika Serikat, yang berlangsung pada awal abad ke-19. Maka, dapat dikatakan bahwa gaya arsitektur Mediterania merupakan gaya arsitektur yang berasal dari Spanyol.

(Sumber: www.claffisica.com)

(Sumber: www.claffisica.com)

Kata Mediterania sendiri memberikan kesan suasana langit yang biru dengan kehangatan sinar matahari. Di negara-negara asalnya, gaya arsitektur Mediterania muncul karena adanya penyesuaian dengan kondisi lingkungan setempat yang umumnya beriklim panas.

Akibat iklimnya yang panas, keindahan bangunan bergaya Mediteranian memiliki karakter bangunan yang berdinding tebal untuk melindungi panas pada siang hari, namun tetap hangat pada malam hari. Jendela kecil digunakan untuk menahan hawa panas. Taman yang terletak di dalam bangunan sehingga terjaga privasinya merupakan ciri khas gaya Mediterania.

Koloseum (Sumber: www.traveldigg.com)

Koloseum (Sumber: www.traveldigg.com)

Seni bangsa Spanyol dan juga arsitekturnya banyak terpengaruh oleh seni-seni dari Romawi seperti round arched, rhythmic, dan kesukaan pada sinar matahari (sunloving). Colosseum di Roma merupakan salah satu bangunan yang memiliki ciri khas bangunan bergaya arsitektur mediterania Romawi yang dibangun pada sekitar tahun 70 hingga 80 Masehi.

(Sumber: pinterest.com)

(Sumber: pinterest.com)

Gaya arsitektur mediterania berusaha untuk menyelaraskan keadaan alam sekitar dengan bangunan. Hal ini terlihat dari bahan-bahan yang digunakan kebanyakan bersifat alami dari alam, seperti material batu alam dan juga tanah liat yang digunakan pada dinding bangunan. Gaya arsitektur Mediterania di Indonesia sendiri banyak terpengaruh oleh peradaban Islam yang terlihat dari bentuk lengkung pada pintu masuk, jendela, dan serambi.

Berikut adalah beberapa karakterisitik bangunan dengan gaya Mediterania:

(Sumber: www.mexzhouse.com)

(Sumber: www.mexzhouse.com)

Portico

Portico atau serambi adalah elemen dekoratif yang biasanya dihadirkan di depan pintu masuk yang disangga oleh tiang.

(Sumber: dailymail.co.uk)

(Sumber: dailymail.co.uk)

Kolom/pilar

Kolom adalah salah satu unsur yang berasal dari arsitektur klasik Yunani dan Romawi pada jendela, pintu dan portico. Kolom pendukung yang sering digunakan adalah kolom yang terbuat dari batu bata. Pilar merupakan bagian dominan pada bagian façade rumah dan memberikan kesan kemewahan.

(Sumber: www.nimvo.com)

(Sumber: www.nimvo.com)

Teras

Ukuran teras atau selasar yang lebar ataupun court yard yang dilengkap dengan air mancur menjadi cara untuk membuat suhu tetap nyaman. Kehadiran unsur air dan taman dalam arsitektur Mediterania merupakan pengaruh bangsa Moor ketika menguasai spanyol. Bagi bangsa Moor taman merupakan ‘earthy paradise’.

(Sumber: www.idesignarch.com)

(Sumber: www.idesignarch.com)

Atap

Bentuk atap yang miring, datar, dan bentuk atap pelana adalah bentuk atap yang biasa digunakan dalam gaya Mediterania. Kebanyakan bangunan juga menggunakan tritisan atau atap tambahan yang dalam (deep eaves).

(Sumber: dailymail.co.uk)

(Sumber: dailymail.co.uk)

Dinding

Material dinding yang digunakan adalah tanah liat yang dibakar (adobe) yang dapat diperbaharui menggunakan cat kapur (whitewasher). Di Amerika dinding batu alam lebih banyak dipakai dibandingkan dengan batu bata. Material batu biasanya dibiarkan polos tanpa finishing sehingga menimbulkan tekstur yang kasar.

(Sumber: www.houzz.com)

(Sumber: www.houzz.com)

Warna

Pemilihan warna menjadi pembeda antara rumah kalangan atas dan kalangan bawah. Rumah kalangan atas biasanya memilih warna-warna pastel dan kalangan bawah biasanya lebih berani bermain dengan komposisi warna cerah.

(Sumber: www.houzz.com)

(Sumber: www.houzz.com)

Jendela kecil

Jendela yang digunakan biasanya berukuran relatif kecil dan berbentuk persegi panjang dengan kotak-kotak kecil, dan biasanya juga berbentuk lengkungan di atasnya. Bingkai jendela biasanya terbuat dari kayu atau besi tempa.

(Sumber: www.decoist.com)

(Sumber: www.decoist.com)

Pintu masuk utama

Pintu masuk utama rumah memiliki beberapa bentuk karena pengaruh Bizantium, Spanish Gotik, dan Spanish Renaissance. Dalam perkembangannya, bentuk pintu yang paling sering digunakan adalah persegi dengan ventilasi di atasnya. Untuk negara Asia khususnya Indonesia, kebanyakan pintu utama berbentuk lengkungan di atasnya.

(Sumber: www.decoist.com)

(Sumber: www.decoist.com)

Balkon

Balkon biasanya terdapat di rumah-rumah yang berukuran besar yang digunakan untuk menghubungkan dua sayap bangunan dengan koridor terbuka.

(Sumber: www.houzz.de)

(Sumber: www.houzz.de)

Ubin mozaik

Bentuk ubin mozaik menambah keindahan ke dalam interior rumah Mediterania. Ubin ini dapat diletakkan di dapur, bingkai kaca, atau di atas meja.

(Sumber: pinterest.com)

(Sumber: pinterest.com)

Material dari alam

Alam menjadi inspirasi pemilihan material finishing lantai, dinding, dan atap rumah. Dinding dibuat dengan tekstur kasar agar terkesan lebih alami. Warna-warna yang digunakan juga terinsipirasi dari alam. Biru yang mencerminkan laut Mediterania, putih sebagai awan di atasnya, coklat padang pasir, warna tanah di delta sungai Nil, merah anggur, kuning bunga matahari, dan hijau pohon cypress.

Sumber:

http://dokumen.tips/documents/sejarah-singkat-arsitektur-mediterania-55a75980b350a.html#

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/gaya-arsitektur-mediterania.html

AUTHOR

Shabrina Alfari

Shasa lahir di Jakarta 9 April 1994. Lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 2016, Shasa mengambil jurusan Bahasa dan Studi Jerman. Dia sangat suka membaca tentang apa saja, dari novel, fiksi, penyair dan lain-lain. Setelah lulus, Shasa suka menulis tentang berbagai topik dan sekarang bekerja sebagai Content Writer.